Taman
Sore ini aku dan istri ngabuburit, jalan-jalan sore ke sebuah taman yang cukup besar di kota ini. Subhanallah.. wajar saja kalau kota ini sering disebut one of the greenest city in Europe. Ada sangat banyak taman di kota ini. Hampir setiap blok jalan tersedia sebuah taman untuk penduduk di sekitarnya. Di samping apartemen kami pun ada sebuah taman kecil. Istriku senang sekali duduk-duduk di taman ini, sekedar untuk bersantai melihat air mancur sambil menghirup udara segar. memang nikmat sekali duduk-duduk di taman ini sambil membaca buku atau sekedar duduk-duduk santai. Nih, istriku sedang bergaya di depan taman itu.
Awalnya, sore ini kami berniat untuk pergi ke sebuah open park. Menurut teman, taman tersebut cukup besar, tidak terlalu banyak pohon, tapi cukup banyak bangunan bersejarah. Hehe.. agak bingung juga membayangkannya, taman tapi pohonnya hanya sedikit :D. Kami ingin sekali pergi ke sana, karena banyak yang mengatakan kalau tempat tersebut sangat bagus. Memang bukan waktu yang cukup baik untuk berangkat sore ini, karena taman tersebut ternyata hanya buka hingga jam 6 sore. Tapi gpp deh, masih ada 1.5 jam lagi. Paling tidak kami punya waktu satu jam untuk jalan-jalan, lalu berbuka puasa di sana. Benar-benar nekat, karena kami lupa membawa peta padahal lokasinya cukup jauh.
Beberapa saat menunggu, tak lama kemudian bis yang menuju ke sana lewat di halte kami. Agak penuh, karena ini adalah bis listrik yang tarifnya relatif murah. Normalnya tarif bis bekisar 2000-3000 rupiah. Untuk bis yang kami naiki ini, hanya 1000 rupiah. Di tengah perjalanan, kami melihat beberapa taman di pinggir jalan. Ada sebuah taman yang cukup besar. Ada taman dengan sebuah situ (danau buatan berukuran kecil). Di situ tersebut, ada beberapa orang yang mengendarai becak air, yaitu kendaraan digunakan untuk berkeliling di atas danau. Di sebut becak air, karena untuk menggerakannya kita perlu mengayuhnya seperti sebuah becak. Biasanya becak air ini digunakan untuk dua orang penumpang.
Istriku mengajakku turun dari bis dan ke pergi ke taman itu saja. Karena, agaknya terlalu memaksakan untuk pergi ke open park, tanpa tahu arah yang yang jelas. Tapi sayangnya bis kami telah melaju dari halte dekat taman tersebut. Bis listrik biasanya hanya berhenti pada halte saja. Oleh karena itu kami berniat untuk berhenti di halte berikutnya untuk kemudian jalan kaki kembali ke taman tersebut. Kami pun turun di halte berikutnya. Ternyata tepat di depan halte tempat kami berhenti juga ada sebuah taman. Ah sudah lah, karena jarak ke taman sebelumnya cukup jauh, memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu. Karena di taman tersebut ada banyak bangku. Mungkin setelah melepas lelah, kami baru akan berjalan kembali ke taman dengan danau buatan tersebut. Tapi setelah agak lama, mengurungkan niat kami, karena taman yang kami singgahi ini pun cukup besar dan nyaman.
Saya sempat membaca beberapa halaman buku yang saya bawa, sebelum kemudian kami mendengar suara musik dari suatu tempat. Pandangan mata kami mengarah ke sumber musik tersebut. Ternyata sekitar 50 meter dari tempat kami duduk ada sebuah kompleks taman bermain. Kami bergegas ke sana sekedar memenuhi rasa ingin tahu tentang kebiasaan warga sini dengan taman bermain. Di sana ada komidi putar, bianglala, dan beberapa permainan lainnya. Istriku mengajak menaiki bianglala. Setelah membeli karcis kami hendak menaiki kursi. Kami hampir menaiki kursi no. 13, tapi si penjaga bianglala melarangnya. Ternyata penduduk sini juga mempercayai mitos angka 13 adalah angka sial. Saya sendiri tidak terlalu memperdulikan dengan mitos tersebut, khawatir percaya pada hal yang berbau syirik.
Dari atas bianglala, kami bisa melihat pemandangan sekeliling kami. Terlihat begitu banyak pucuk pepohonan di sekeliling kami, membentuk sebuah permadani yang menutupi sebagian besar wilayah kota. Indah sekali pemandangan dari posisi puncak bianglala. Matahari sore yang hendak terbenam membuatnya lebih cantik lagi.
Setelah turun, kami melihat beberapa permainan lain. Ternyata tidak semua permainan bisa dinaiki. Seperti komidi putar, ternyata bangkunya berukuran kecil sehingga tidak bisa dinaiki oleh kami, apalagi aku, yang semakin hari bertambah gembul ini :). Kami berniat kembali ke taman di pinggir jalan. Ternyata di arah yang berlawanan kami melihat jalan menuju ke sebuah hutan kecil. Indah sekali, suasana khas di musim gugur. Pepohonan dengan daun yang sedang menguning, sebagian telah jatuh ke tanah. Kami tertarik untuk menyusuri jalan itu.
Aku perkirakan temperatur saat itu sekitar 17-20 derajat. Yah, seperti temperatur di puncak kalau malam hari atau pagi hari. Tapi, bagi kami ini cukup hangat. Karena beberapa hari yang lalu sempat menjadi dingin sekali hingga 0 derajat. Saya pun hanya memakai kaos lengan pendek dibalut sebuah jaket. Jaket tersebut cukup tebal untuk menghangatkan tubuh sehingga saya tidak perlu memakai sweater lagi.
Ternyata di dalam hutan kecil tersebut ada beberapa danau buatan. Tampak beberapa orang sedang memancing ikan di sana. Indah sekali pemandangannya. Tanpa sadar kami mengucapkan kalimat takjub melihat pemandangan tersebut. Terasa sekali suasana musim gugur, di tepi sebuah danau yang dikelilingi pohon-pohon tinggi dengan daun-daunya yang menguning. Istri saya menyatakan indahnya pemandangan tersebut seperti sebuah lukisan. Kami berjalan menyusuri pinggiran danau, menikmati keindahan pemandangan tersebut. Gaya dulu ah.. difoto sama istri nih.. :)
Awalnya, sore ini kami berniat untuk pergi ke sebuah open park. Menurut teman, taman tersebut cukup besar, tidak terlalu banyak pohon, tapi cukup banyak bangunan bersejarah. Hehe.. agak bingung juga membayangkannya, taman tapi pohonnya hanya sedikit :D. Kami ingin sekali pergi ke sana, karena banyak yang mengatakan kalau tempat tersebut sangat bagus. Memang bukan waktu yang cukup baik untuk berangkat sore ini, karena taman tersebut ternyata hanya buka hingga jam 6 sore. Tapi gpp deh, masih ada 1.5 jam lagi. Paling tidak kami punya waktu satu jam untuk jalan-jalan, lalu berbuka puasa di sana. Benar-benar nekat, karena kami lupa membawa peta padahal lokasinya cukup jauh.
Beberapa saat menunggu, tak lama kemudian bis yang menuju ke sana lewat di halte kami. Agak penuh, karena ini adalah bis listrik yang tarifnya relatif murah. Normalnya tarif bis bekisar 2000-3000 rupiah. Untuk bis yang kami naiki ini, hanya 1000 rupiah. Di tengah perjalanan, kami melihat beberapa taman di pinggir jalan. Ada sebuah taman yang cukup besar. Ada taman dengan sebuah situ (danau buatan berukuran kecil). Di situ tersebut, ada beberapa orang yang mengendarai becak air, yaitu kendaraan digunakan untuk berkeliling di atas danau. Di sebut becak air, karena untuk menggerakannya kita perlu mengayuhnya seperti sebuah becak. Biasanya becak air ini digunakan untuk dua orang penumpang.
Istriku mengajakku turun dari bis dan ke pergi ke taman itu saja. Karena, agaknya terlalu memaksakan untuk pergi ke open park, tanpa tahu arah yang yang jelas. Tapi sayangnya bis kami telah melaju dari halte dekat taman tersebut. Bis listrik biasanya hanya berhenti pada halte saja. Oleh karena itu kami berniat untuk berhenti di halte berikutnya untuk kemudian jalan kaki kembali ke taman tersebut. Kami pun turun di halte berikutnya. Ternyata tepat di depan halte tempat kami berhenti juga ada sebuah taman. Ah sudah lah, karena jarak ke taman sebelumnya cukup jauh, memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu. Karena di taman tersebut ada banyak bangku. Mungkin setelah melepas lelah, kami baru akan berjalan kembali ke taman dengan danau buatan tersebut. Tapi setelah agak lama, mengurungkan niat kami, karena taman yang kami singgahi ini pun cukup besar dan nyaman.
Saya sempat membaca beberapa halaman buku yang saya bawa, sebelum kemudian kami mendengar suara musik dari suatu tempat. Pandangan mata kami mengarah ke sumber musik tersebut. Ternyata sekitar 50 meter dari tempat kami duduk ada sebuah kompleks taman bermain. Kami bergegas ke sana sekedar memenuhi rasa ingin tahu tentang kebiasaan warga sini dengan taman bermain. Di sana ada komidi putar, bianglala, dan beberapa permainan lainnya. Istriku mengajak menaiki bianglala. Setelah membeli karcis kami hendak menaiki kursi. Kami hampir menaiki kursi no. 13, tapi si penjaga bianglala melarangnya. Ternyata penduduk sini juga mempercayai mitos angka 13 adalah angka sial. Saya sendiri tidak terlalu memperdulikan dengan mitos tersebut, khawatir percaya pada hal yang berbau syirik.
Dari atas bianglala, kami bisa melihat pemandangan sekeliling kami. Terlihat begitu banyak pucuk pepohonan di sekeliling kami, membentuk sebuah permadani yang menutupi sebagian besar wilayah kota. Indah sekali pemandangan dari posisi puncak bianglala. Matahari sore yang hendak terbenam membuatnya lebih cantik lagi.
Setelah turun, kami melihat beberapa permainan lain. Ternyata tidak semua permainan bisa dinaiki. Seperti komidi putar, ternyata bangkunya berukuran kecil sehingga tidak bisa dinaiki oleh kami, apalagi aku, yang semakin hari bertambah gembul ini :). Kami berniat kembali ke taman di pinggir jalan. Ternyata di arah yang berlawanan kami melihat jalan menuju ke sebuah hutan kecil. Indah sekali, suasana khas di musim gugur. Pepohonan dengan daun yang sedang menguning, sebagian telah jatuh ke tanah. Kami tertarik untuk menyusuri jalan itu.
Aku perkirakan temperatur saat itu sekitar 17-20 derajat. Yah, seperti temperatur di puncak kalau malam hari atau pagi hari. Tapi, bagi kami ini cukup hangat. Karena beberapa hari yang lalu sempat menjadi dingin sekali hingga 0 derajat. Saya pun hanya memakai kaos lengan pendek dibalut sebuah jaket. Jaket tersebut cukup tebal untuk menghangatkan tubuh sehingga saya tidak perlu memakai sweater lagi.
Ternyata di dalam hutan kecil tersebut ada beberapa danau buatan. Tampak beberapa orang sedang memancing ikan di sana. Indah sekali pemandangannya. Tanpa sadar kami mengucapkan kalimat takjub melihat pemandangan tersebut. Terasa sekali suasana musim gugur, di tepi sebuah danau yang dikelilingi pohon-pohon tinggi dengan daun-daunya yang menguning. Istri saya menyatakan indahnya pemandangan tersebut seperti sebuah lukisan. Kami berjalan menyusuri pinggiran danau, menikmati keindahan pemandangan tersebut. Gaya dulu ah.. difoto sama istri nih.. :)