Mbaca...mbaca..
Aku baru baca sebuah cerpen karya Mbak Helvy yang berjudul "Lelaki Semesta". Cerpen ini menceritakan tentang seorang lelaki yang memiliki cinta yang sangat besar untuk dibagikan kepada orang-orang di sekelilingnya.
Beliau menggambarkan cinta lelaki ini dengan membantu menyeberangkan orang tua yang tidak pernah dikenalnya, dengan baju lusuhnya walaupun dia pengusaha besar, atau dengan tak mau makannya dia.. sebelum ia yakin tidak ada penduduk desanya yang kelaparan. Dengan cintanya tersebut, dia mendapatkan buah berupa cinta dari semua orang yang mengenalnya. Hingga suatu saat sebuah bom meledak kota lain, dan lelaki penuh cinta ini menjadi tertuduh... (cerita lengkapnya baca sendiri hehe.. promosi buat Mbak Helvy dkk yg nulis antologi "Lelaki Semesta"*).
Buatku, yang menarik dari cerpennya Mbak Helvy itu bukan pada ide ceritanya (yg mungkin mengambil inspirasi dari Ust. Abu Bakar Ba'asyir), tapi justru pesan yang diberikan oleh si tokoh utama tersebut. Dia berpesan kepada penduduk desanya tentang 2 hal yang perlu untuk dilakukan. Yaitu membuat Tuhan tersenyum dan membaca. Dia berkata "Bacalah semua yang bisa kau baca, yang terbaca maupun tak terbaca dengan nama TuhanMu yang menciptakan".
Aktifitas membaca memang tidak bisa dilepaskan dari obyek yang terkait dengannya, yaitu bacaan. Dalam Islam, kita diperintahkan untuk membaca ayat-ayat yang tersurat maupun yang tersirat. Artinya, yang benar2 tertulis, seperti Al Qur'an, atau ayat-ayat kauniyah yang tersebar dalam berbagai ciptaanNya. Mungkin itu yang ingin disampaikan oleh si Lelaki Semesta tersebut.
Bacaan yang tersurat, merupakan rekaman dari orang-orang yang berupaya mendokumentasikan apa yang dialaminya dari bacaan tersirat. Imajinasi penulis cerpen hanyalah hasil olahan dari apa yang dia rasa, temui atau alami. Apalagi untuk buku-buku non fiksi..atau...blog yang sedang anda baca ini :D. Jadi semua buku yang ada di dunia ini hanyalah bagian yang sangat kecil dari bacaan alam semesta. Sangat wajar bila di dalam Al Qur'an dikatakan "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (Al Kahfi: 109).
Beliau menggambarkan cinta lelaki ini dengan membantu menyeberangkan orang tua yang tidak pernah dikenalnya, dengan baju lusuhnya walaupun dia pengusaha besar, atau dengan tak mau makannya dia.. sebelum ia yakin tidak ada penduduk desanya yang kelaparan. Dengan cintanya tersebut, dia mendapatkan buah berupa cinta dari semua orang yang mengenalnya. Hingga suatu saat sebuah bom meledak kota lain, dan lelaki penuh cinta ini menjadi tertuduh... (cerita lengkapnya baca sendiri hehe.. promosi buat Mbak Helvy dkk yg nulis antologi "Lelaki Semesta"*).
Buatku, yang menarik dari cerpennya Mbak Helvy itu bukan pada ide ceritanya (yg mungkin mengambil inspirasi dari Ust. Abu Bakar Ba'asyir), tapi justru pesan yang diberikan oleh si tokoh utama tersebut. Dia berpesan kepada penduduk desanya tentang 2 hal yang perlu untuk dilakukan. Yaitu membuat Tuhan tersenyum dan membaca. Dia berkata "Bacalah semua yang bisa kau baca, yang terbaca maupun tak terbaca dengan nama TuhanMu yang menciptakan".
Aktifitas membaca memang tidak bisa dilepaskan dari obyek yang terkait dengannya, yaitu bacaan. Dalam Islam, kita diperintahkan untuk membaca ayat-ayat yang tersurat maupun yang tersirat. Artinya, yang benar2 tertulis, seperti Al Qur'an, atau ayat-ayat kauniyah yang tersebar dalam berbagai ciptaanNya. Mungkin itu yang ingin disampaikan oleh si Lelaki Semesta tersebut.
Bacaan yang tersurat, merupakan rekaman dari orang-orang yang berupaya mendokumentasikan apa yang dialaminya dari bacaan tersirat. Imajinasi penulis cerpen hanyalah hasil olahan dari apa yang dia rasa, temui atau alami. Apalagi untuk buku-buku non fiksi..atau...blog yang sedang anda baca ini :D. Jadi semua buku yang ada di dunia ini hanyalah bagian yang sangat kecil dari bacaan alam semesta. Sangat wajar bila di dalam Al Qur'an dikatakan "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (Al Kahfi: 109).
0 Comments:
Post a Comment
<< Home